Pesta pernikahan yang dimeriahkan dengan artis electon (semacam orkes tunggal) adalah hal biasa dan bukan hal baru lagi.
Tapi bagaimana jika artis dari orkes tersebut tampil dengan pakaian yang serba ketat, minim, dan mengumbar goyangan erotis dalam penampilannya ?
Saya mendengar berita di salah satu stasiun televisi swasta bahwa saat ini masyarakat Bugis Makasar sedang digencarkan dengan sebuah goyangan yang biasa disebut dengan goyang “Candoleng-doleng” Mengapa disebut candoleng-doleng ? Karena dalam syair lagu yang biasanya dinyanyikan oleh artis electon tersebut, ada kata candoleng-doleng yang dalam bahasa Indonesia berarti “berjuntai-juntai”
Para artis candoleng-doleng inilah yang tampil seperti yang saya sebutkan di atas (pakaian yang serba ketat, minim, dan mengumbar goyangan erotis).
Aksi goyang candoleng-doleng yang biasanya dilakukan setelah para tamu pesta pernikahan meninggalkan lokasi resepsi ini banyak mengundang perhatian dari berbagai usia, tidak ketinggalan pula anak-anak balita turut menyaksikan goyangan yang terkesan “porno aksi” ini. Ironis sekali, tontonan yang tidak pantas (menurut saya) disaksikan oleh orang dewasa sekalipun kini telah menjadi konsumsi anak kecil secara bebas tanpa larangan dari orang tua.Huh………..
Sungguh, marah dan kecewa sekali (entah kenapa) ketika saya mendengar berita ini kemarin. Bayangkan,
dalam goyangannya, artis electon selalu tampil “seksi” dan tidak segan-segan membuka (Af1) baju dan celana hingga yang tersisa hanya pakaian dalam saja.
Aksi “buka-bukaan” yang diiringi dengan goyangan “erotis” seakan mampu mengalahkan aksi “goyang ngebor” Inul Daratista, atau “goyang gergaji” ala Dewi Persik, atau “goyang ngecor dan goyang vibrator” milik Denada, atau bahkan goyangan hot ala Nita Talia.
Sedikit gambaran yang mereka lakukan saat bergoyang adalah; meliuk-liuk seperi penari striptis, meraba-raba (Af1) anggota badan yang tidak layak dilakukan di muka umum (kecuali pas mandi, he…….:lol:) (Af1)
, bahkan tidak segan memperagakan pasangan yang sedang melakukan hubungan intim (Af1). Lenguhan, desahan, lengkingan atau teriakan yang berisi ajakan untuk berbuat mesum, atau mengucapkan kata-kata yang tidak sopan tidak tidak malah membuat para lelaki mengucap kata tobat dan meninggalkan lokasi tersebut. Yang terjadi adalah, mereka ikut naik ke panggung sambil bergoyang bersama para artis electon, tidak lupa saat bergoyang mereka memberikan saweran berupa duit yang biasanya bernilai minimal lima ribu rupiah kepada artis electon. Makin besar nilai uang saweran yang diberikan dari penonton,
serta makin banyak saweran yang didapat oleh sang artis, maka semakin “hot” penampilan mereka.
Cara memberikan saweran pun terbilang “nakal”. Mereka memberikan saweran dengan cara………..(pokoknya yang kayak gitu dech……) tabu saya menulisnya……..
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan sempat mengeluarkan fatwa larangan melakukan dan menonton aksi goyang candoleng-doleng karena dianggap haram dan bertentangan dengan etika, moral, dan agama. Namun, fatwa tersebut dapat dikatakan tidak mempan, karena sampai saat ini artis electon masih terus bergoyang candoleng-doleng bahkan dengan aksi yang semakin menjadi-jadi.
Jika dikaitkan dengan masalah ekonomi, hal semacam memang menjadi suatu pembahasan yang rumit. Seperti yang saya baca di sebuah blog, di situ diceritakan (oleh empunya blog yang kebetulan orang Makasar) bahwa dia sempat melakukan wawancara dengan salah seorang artis candoleng-doleng yang berinisial AP (seorang janda dengan satu anak berusia lima tahun) tentang mengapa AP mau menjalani pekerjaan yang dianggap haram tersebut. Dan jawabannya semata karena himpitan ekonomilah yang membuat “janda kembang” ini terpaksa menjalani pekerjaan tersebut. Diakuinya, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang dianggap “tidak haram” oleh masyarakat.
Mencari pekerjaan di tengah situasi negara yang seperti sekarang ini (tidak stabil dan minimnya lapangan kerja) memang tidak mudah. Apalagi bagi orang yang hanya memiliki pendidikan setingkat SD,SMP,SMA, bahkan sarjana aja banyak yang nganggur.
(huh…………..gmn nasibku ntar yaw,,,,,,,,,:neutral:
Dan seperti kata empunya blog td,kira-kira kapan ya rakyat Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak dan tidak dianggap bertentangan dengan moral, etika, dan agama?
hayooo sapa yang tanggung jawab???
tergantung niat si???
memang kalo dilihat dari aksinya, joget ” CANDOLENG-DOLENG ” sangat “Memuaskan bagi penggemarnya”, tapi sangat berbahaya bagi anak-anak khususnya yang masih BALITA (Bawah Lima Belas Tahun) karena terkadang para penarinya tidak hanya memperlihatkan pakaian dalam, akan tetapi pernah juga memperlihatkan “Barang ajaibnya”, baik yang atas maupun bawah. Lam kenal!!!!!! http://economatic.wordpress.com/.
IP …
Ya saya pernah melihat tayangannya di TV … dibahas mengenai hal ini …
Sebetulnya di pedesaan Sumatera Utara juga terjadi hal yang serupa … Orgen tunggal berubah fungsi …
Yang saya dengar malah … justru penontonnya akan marah dan ngamuk jika para artis itu goyangnya terlalu sopan …
Ah ini bagaimana …
Saya sebagai penikmat musik tidak rela jika musik di campur adukkan dengan hal beginian ..
bukannya sok suci … namun pertunjukan ini sungguh sudah tidak pada tempatnya …
Makasih Ibu IP …
Salam saya …
kalo di bali ada namanya Joged Bumbung.
hampir mirip lah, tarian erotis cenderung seronok.
candoleng-doleng saya pernah liat di Mamuju kalo ga salah
Saya malah baru tau ini phe.. di galek g ada kan?
banyak sekali oh banyaknya yang lagi bertanya tanya soal indonesia…
kenapa ya?
Siapa yg patut disalahkan ya…??
*mikir mondar mandir tiada akhir*
😀
baru tahu aku…
Astagfirullah…
semoga Allah melindungi kita semua…
Kalo Es Candol enak tuh seger… eh cendol ya, hehehehehe
syuuur…..(sambil tutup muka pake 5jari 😀 )
astagfirullah……..ga nyangka dik? kirain cuman inul cs yang goyangannya ga jelas ‘jluntrungane’.
NO COMMENT
enakan jadi wirausaha…. 🙂
ow!!!
ironis…
tapi dinikmati…
biadap…
tapi ditonton aja…
beeuuhhh…, jarang2 ngomong begini.., hehe
Nau’zubillah ya Nau’zubillah
bencana apa yang tidak halal bagi negeri ini….?????
setuju dgn pak nh18.
butuh upaya bersama utk memberantas “penyakit akut” ini.
pemerintah, ulama, aparat dan masyarakat hrs bekerjasama.
kan asyik tuh. hehe…
huuuaaa…menarik sekaliiii…
sebenernya mah di jakarta banyak yg kayak gitu…
cuma tempatnya lebih tertutup ajah..
coba aja gerebek para diskotek itu..
nemu byk kejadian “aneh2” deh 😉
itu di pulauku lho mbak. 😦
tp sdh dicegah kok.
Screen Syur Pleaaasseee… eh Screen Syut maksute.. hehehe
coba kalau di Aceh…, dah kena cambuk tuh…
Iephe… kangen…
Candoleng dolenge udahan dunk…
Ayo nulis lagi….
koment nya no komen boleh ga bu???
bulan lalu liat berita ini jadi headlines di beberapa stasiun TV.
miris…
anak2 banyak yg liat, aki2 bersarung juga 😦
Astaghfirullahhh 😦
Thanks a lot atas infonya.
Di siang bolong ini tiba-tiba kantor berita saya heboh dengan kata ‘Candoleng-doleng’ dimana saya, sebagai staff yang notabene orang Indonesia, harusnya tahu apa arti kata tersebut.
Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak membantu. So terima kasih sekali lagi atas infonya, artikel rekan saya terselamatkan 😉
seharusnya pemerintah menindak tegas bukan ikut nonton itu cadol dol itu dsr ………
Bupatinya yang perlu di ganti, masa persoalan begitu tidak bisa di atasi.
Mana polisinya. Mungkin, Polisinya ikut menikmati juga.
Dan kalu orang alim melihat itu pasti yang dilontarkan adalah astagafirullah, perbuatan terlarang, haram, mempertontongkan aurat, dan lainnya. Tapi apakah kita ada yang berusaha untuk melepaskan Mereka dengan tidak hanya melarang tetapi menyalurkan kepada yangkegiatan ekonomi yang lebih positif. Karena saya sangat yakin bahwa mereka melakukan itu semua tidak terlepas dari desakan ekonomi yang luar biasa, dan ini aksi ini merupakan pilihan akhir, Untuk bertahan hidup.
alasan naif kalo itu dikarenakan pilihan akhir karena masalah ekonomi, pendek banget sih mikirnya…
yang bener karena ada yang nonton… siapa coba…
Dasar pemerintah yang tidak bertanggung jawab akan hiburan penerus anak bangsanya, masih kecil liat cendoleng-doleng udah besar jadi pemainya …!
udah tau masih dibiarin..?
busyet, ternyata di daerah lebih parah dari di jakarta ya? wah, kacau semua ini…
e..eee..eeee astagfirullah apa alhamdulillah !
ya’apa mbak ipie …menurutku semua itu dan contoh lain banyak aksi yang aneh- aneh kaya gitu … berawal dari kosongnya kepercayaan diri … dikirain nggak bisa hidup kalau nggak menjual harga diri … orientasi materialistik itulah pangkalnya….. padahal nyamuk aja bisa makan dan bertahan hidup …. semangat dan optimis dong !
Iya nih, barusan juga liat liputannya di TV.
Sayang banget anak2 dibiarkan untuk melihat tarian ini, orang tua yang mendampingi mereka juga seolah biasa saja dan ikut menonton.
Hahaha..
Tapi jujur, jika gua menjadi orang tua; gua lebih milih anak gua nanti ngelihat ‘tubuh’ wanita ketimbang dia menyaksikan orang2 melakukan tindakan anarki seperti penganiayaan orang, penrusakan /pembakaran rumah ibadah, dll. Yang seolah menjadi menu makanan sehari2 tayangan berita di TV. 😀
eeehhh…dancer2nya cari kerjaan laen duuuunkkkk!!!!
Norak tauuu’
Malu ama barang!!!!
N0 coment
Mbak, dsini yg menjadi poin utama adalah bgmn menyelamatkan adik2 kita yg krn ketidaktahuannya menonton ini,sebaiknya ada pnyuluhan scr menyeluruh tdk hny dr kepolisian tp jg peran serta pemuka agama, kepala pemerintah daerah, tokoh2 di masy. lainnya dapat mencegah agar kaum dewasa,khususnya untuk anak2 tdk menontonnya. Yg kdua bkn masalah ekonomi pelakunya yg disorot atau dijadikan rujukan perhatian,apabila mrk ttp ingin mlakukan hal itu krn masalah ekonomi sebaiknya lakukan diklab mlam ato tempat2 prostitusi lainnya yg serta merta tdk scr langsung dpt dikonsumsi dengan mudah oleh adik2 kita.saya harap pemerintah bertindak serius dan menanggapi lebih reaktif lg,kalau perlu beri hukuman.brbicara mslah sprti ini tp dibumbui dengan sikap iba dari masyarakat akan ekonomi pelakunya,saya rasa indonesia patut menangis.
Awali dengn tidak menontonnya, minimal kurang satu penggemarnya…
karena mereka muncul sebab ada yang menyukainya.
teorinya akan ada banyaka penjual jika banyak pembeli
dan ketahuilah moral bangsa ini sudah bokbrok mari kita perbaiki dari diri sendiri…………..yang salah adalah yang menonton
Oww..Jgn diem z dnx.??
Kalo kita hanya bisa ngomong aja tanpa bisa memberi solusi yang tepat, sma aja kita membiarkan candoleng-doleng tetap eksis di bumi indonesia, mungkin tidak hanya di sulawesi saja candoleng-doleng ada atau di pulau2 di indonesia ini banyak praktek semacam itu tapi mempunyai nama yang berbeda. kalo di lacak yang salah siapa? tentu saja orangtua yang kurang mampu mendidik anak atau mungkin lingkungan yang sudah bertindak masa bodo “biarin aja bukan anak gw aja kok yang nonton” kata2 seperti itu yang seharunya di buang jauh-jauh karena sudah sepantasnya kita sebagai orang dewasa untuk mencegah kerusakan otak anak dari hal-hal yang tidak seharusnya mereka ketahui. sorry kalo aga aneh mengeluarkan pendapatnya
Wah singkat saja : Candoleng doleng NO , bahaya buat anak anak , mendingan bisnis internet jelas ada hasilnya , join di http://duitnm.co.cc
Untuk penarinya dan tim pendukungnya , cari duit saja yang halal di internet kan banyak , coba http://obralbesar.co.cc
Candoleng doleng NO , bahaya buat anak anak mendingan bisnis internet yang halal bisa juga di http://duitnm.co.cc
bagi saya candoleng lier
Ternyata candoleng2 sdh jd bhan obrolan byk org y?tp sayang tindakan blm ada yg mampu menghentikan tarian tsb
Tunggu sampai Allah SWT yang akan memberi adzab Nya….
Mulailah dari diri kita untuk menentang kemudaratan…
candoleng doleng, hrs diberantas, merusak moral generasi, apalagi ditonton oleh anak anak
aku terlambat dengar beritanya…..bagaimanasih telinga pemerintah, pemuka masyarakat, tokoh agama, adat serta organisasi keagamaan menyikapi hal ini….kalau sudah dengar langsung dibabat habis sampai akarnya agar nda tumbuh lagi…..apa nunggu gejolak…baru getar-getir….padahal menurut saya itu sudah melanggar adat,agama….waduh bahaya ini…
smuanya juga karna ekonomi…
haramkan tarian ini
mgapa kha aktiviti i2 d teruskan
Quite good question